Selasa, 02 Oktober 2018

Intip Cara Unik dan Kejam Untuk Mengungkap Sosok Penyihir di Eropa Abad Pertengahan

Meskipun "perburuan penyihir" di Eropa abad pertengahan dimaknai dengan pemberantasan ilmu sihir, sayangnya cara dan tekniknya saat itu begitu keji dan mengerikan, demi mengungkap sosok sang penyihir.


VIRALSBOOK.COM – Penyakit aneh, kematian tak terduga, kegilaan, dan malapetaka lainnya termasuk nasib buruk yang tidak biasanya sering dihubungkan dengan sebab akibat dari penggunaan ilmu sihir. Di benua Eropa abad 15 sampai abad 18, jika menemukan fenomena ini sudah pasti diklaim penyebabnya tak lain adalah magis yang mengerikan. Walhasil, Eropa menjadi tempat yang sangat menakutkan kala itu, terutama bagi seorang wanita tua.

Ditambah dengan munculnya ketegangan antara gereja Katolik dan Kristen Protestan turut memperparah munculnya sejumlah teror berbasis agama, hingga teori bahwa pemuja setan yang pada saat itu dianggap sebagai penyihir menjadi dalang perpecahan antara umat beragama. Sahabat viralsbook, untuk mengantisipasi hal tersebut, beberapa kalangan petinggi umat Kristiani di Eropa abad pertengahan mencetuskan sebuah pengadilan yang dikhususkan untuk mengadili dan menghukum setiap orang yang diduga penyihir.

Konon, pengadilan ini sempat merenggut nyawa sekitar 200.000 orang yang diduga sebagai penyihir di Jerman, Swedia, Prancis dan Inggris. Beberapa metode yang dilakukan untuk mengungkap identitas seorang penyihir terbilang cukup kejam bahkan mengerikan. Para pemburu penyihir atau sering disebut witch hunter memiliki peran penting dalam menjalankan tugas untuk mendeteksi para penyihir saat itu. Seperti apa metode yang dilakukan para witch hunter ini? Berikut ulasannya yang viralsbook sadur dari laman 60detiknews.

1. Metode Ditusuk


Cara pertama yang digunakan untuk mengidentifikasi sosok penyihir kala itu adalah dengan cara ditusuk. Para eksekutor penusukan ini disebut Witch Pricking. Metode ini pernah dianggap sebagai cara yang paling akurat untuk mengungkap identitas seorang penyihir. Terdakwa akan ditelanjangi sepenuhnya di depan pengadilan, kemudian rambut yang tumbuh di seluruh badan terdakwa akan dicukur dari kepala hingga ujung kaki. Para eksekutor kemudian akan mencari tanda iblis di sekujur tubuh terdakwa dengan menusuk korban menggunakan jarum yang cukup tebal.


Metode identifikasinya adalah dengan cara jika terdakwa seorang penyihir, maka akan ditemukan titik yang tidak berdarah atau tidak menyebabkan rasa sakit ketika ditusuk, titik tersebut dianggap merupakan bukti perjanjian dengan iblis. Sahabat viralsbook, masyarakat pada saat itu sempat menganggap bahwa metode ini merupakan suatu bentuk pelecehan seksual, dan tak jarang banyak wanita terpaksa mengaku daripada mendapat penghinaan seksual di depan umum.

Di Skotlandia, witch pricking merupakan profesi yang dihormati dan mendapat upah yang paling tinggi dari antara profesi lainnya. Profesi ini diwajibkan untuk laki-laki saja, namun ada seorang wanita yang pernah menjadi salah satu witch pricking yang terkenal sepanjang masa, namanya Christian Caddel. Ia berpura-pura menjadi seorang laki-laki dengan mengenakan pakaian laki-laki dan berpenampilan layaknya pria, ia menggunakan nama samaran John Dickson dan telah berhasil memvonis sebanyak 10 penyihir. Gelagatnya akhirnya diketahui dan ia ditangkap serta diasingkan ke Barbados, tempat yang dipenuhi dengan wabah penyakit mematikan.

2. Metode The Rack


Metode ini muncul di Jerman, yang dianggap sebagai negara yang mengeksekusi banyak penyihir. Selama tahun 1620-an, berbagai metode sudah diterapkan untuk menguji dan membunuh penyihir yang diperkirakan sudah menewaskan lebih dari 900 orang. Pencetusnya adalah Phillip Adolf von Ehrenberg, pangeran keuskupan di Jerman saat itu. Saat Phillip memegang kekuasaan gereja, dilakukan penyisiran dan pemusnahan besar-besaran terhadap orang yang diduga sebagai penyihir. Hasilnya, 19 imam Katolik dan beberapa anak laki-laki ikut dalam daftar penyiksaan kejam Phillip demi mengungkap identitas penyihir, termasuk keponakannya sendiri.

Tujuh diantara mereka dinyatakan bersalah dan dianggap sebagai penyihir karena sudah melakukan hubungan seksual dengan iblis, mereka kemudian dipenggal dan dibakar di atas tiang eksekusi. Tujuh orang terdakwa itu sempat diinterogasi dan disiksa sampai akhirnya mereka mengakui telah berhubungan seks dengan iblis. Menariknya, Jerman memiliki banyak metode kejam untuk memaksa pengakuan dari terdakwa dan metode yang paling populer saat itu adalah The Rack. Teknik ini menggunakan media yang terdiri dari kerangka besi dengan rol kayu di kedua ujungnya, konsep penyiksaannya yaitu para terdakwa yang diduga penyihir dibaringkan di atas kerangka besi itu, kedua tangan dan kakinya diikat rantai yang terhubung dengan rol kayu di setiap ujungnya.

Setelah diikat, para eksekutor menginterogasi terdakwa sambil menyiksa mereka dengan menarik kedua rol yang mengikat kaki dan tangan mereka. Sahabat viralsbook, semakin lama ditarik, tubuh terdakwa akan semakin meregang dan memisahkan persendian tulang mereka, kemudian tulang mereka ikut hancur seiring dengan mengencangnya tarikan ikatan mereka dan akhirnya tubuh terdakwa terpisah menjadi 2 bagian. Penyiksaan akan berhenti ketika para terdakwa mengakui bahwa dirinya adalah seorang penyihir. Berdasarkan pengakuan tersebut, pengadilan akan mengeksekusi mati si penyihir.

3. Metode Sentuhan


Pada tahun 1662, dua wanita lansia di Inggris menjadi target pertama dilakukannya metode ini. Nama yang diduga sebagai penyihir ini adalah Rose Cullender dan Amy Denny. Mereka berdua dituduh sebagai seorang penyihir karena sempat menyentuh dua gadis muda dan menyebabkan kedua gadis muda ini menderita sakit. Ada beberapa teori yang muncul pada saat itu terkait dengan sentuhan penyihir, jika seseorang berada di bawah pengaruh sihir, ia akan memiliki reaksi yang tidak biasa ketika mengalami kontak fisik atau bersentuhan dengan penyihir.

Para tersangka penyihir ini akan dibawa ke ruangan investigasi dan dipaksa untuk meletakkan tangannya pada orang yang sakit-sakitan akibat pengaruh sihir. Jika penyakitnya sembuh, dapat disimpulkan bahwa tersangka adalah seorang penyihir dan kemudian dihukum. Dalam kasus Rose dan Amy, dikatakan bahwa dua gadis yang menjadi korban sihir mengepal tangal mereka dengan sangat kuat, bahkan orang-orang terkuat di desanya tidak bisa membuka kepalan tangan mereka. Ketika tangan mereka disentuh oleh Rose dan Amy, sontak kepalan tangan dua gadis itu mulai lemas dan terbuka secara perlahan. Perkara ini langsung dibawa ke pengadilan desa saat itu.

Untuk menguji apakah dua gadis itu berbohong atau tidak, hakim menutup mata kedua gadis itu dan kemudian dilakukan kembali metode sentuhan oleh anggota pengadilan. Hasilnya, ditemukan bahwa kedua gadis tersebut memiliki reaksi yang sama ketika seseorang menyentuh tangan mereka. Jadi dapat dikatakan kedua gadis itu memalsukan reaksi sentuhan untuk mengungkap identitas penyihir. Anehnya, meskipun hasil pengadilan mengatakan bahwa reaksi itu adalah palsu, Rose dan Amy tetap dianggap bersalah dan dihukum gantung oleh pengadilan.

4. Metode visgossar


Metode aneh ini muncul di Swedia, nasib para terdakwa tergantung pada kesaksian anak laki-laki yang akan menunjuk apakah terdakwa merupakah seorang penyihir atau bukan. Anak laki-laki ini disebut sebagai visgossar, yang diyakini memiliki kekuatan untuk melihat Stigma Diaboli atau tanda yang diberikan iblis untuk para penyihir, yang tidak bisa dilihat oleh manusia normal pada umumnya.

Sahabat viralsbook, tekniknya adalah dengan cara memerintahkan anak-anak yang berprofesi sebagai visgossar ini untuk menunjukkan beberapa wanita yang memiliki tanda stigma diaboli di dahi mereka dan menyebut mereka adalah seorang penyihir sambil menceritakan kisah-kisah paling kreatif seputar penyihir tersebut.

Setiap visgossar dibayar ketika dapat mengidentikasi seorang penyihir, ini berarti bahwa akan banyak anak yatim piatu dan pengemis yang akan datang mengaku bahwa diri mereka adalah seorang visgossar untuk mendapat uang dengan cara yang mudah. Setelah menuduh beberapa wanita sebagai seorang penyihir dengan alasan yang mengada-ada, visgossar dipastikan mendapat banyak teror dari keluarga wanita yang dituduh, bahkan ada yang dipukuli sampai mati oleh keluarga terdakwa.

5. Metode ducking stool


Metode mencelupkan para terdakwa ini juga menjadi salah satu cara yang populer dan ampuh untuk menguji seorang penyihir. Tersangka penyihir diikat ke kursi dengan kondisi tangan dan kaki yang juga terikat, kemudian kursi tersebut diikat di sebuah katrol dan diturunkan ke dalam air. Jika tersangka adalah seorang penyihir, ia akan mengapung di atas air dan dihukum mati karena terbukti bersalah, sedangkan jika dia bukan penyihir, ia akan tenggelam di dasar air.

Para witch hunter percaya ini akan berhasil dengan berbagai alasan, mereka berpikir bahwa penyihir akan secara otomatis mengapung di atas air karena menolak baptisan air atau penolakan ritual agama Kristiani. Alasan lainnya adalah penyihir mampu menggunakan kekuatan sihir mereka untuk mengapung dan mencegah diri mereka untuk tenggelam.

Baca Juga

Mengerikan! 7 Aksi Sulap Gagal Total Yang Berakhir Dengan Kematian Tragis

    Gagalnya aksi Demian Aditya yang menegangkan di Acara SCTV Award 2017 yang memakan korban, menambah deretan pesulap yang gagal beraksi hingga berakibat fatal. Dalam aksi ini, Edison Wardhana...
Selengkapnya
Jika terdakwa tidak bersalah, ia akan tenggelam dan didoakan oleh para pendeta agar masuk Surga. Sedangkan jika terbukti penyihir, akan dibunuh dan dianggap auto masuk Neraka. Bahkan, jika terdakwa kedapatan dapat mengapung di air, namun tidak mengakui dirinya adalah penyihir, ia akan dicelup berulang kali sampai akhirnya mengaku, hal ini merupakan bentuk penyiksaan menggunakan air di abad pertengahan dan menjadi cikal bakal dibuatnya metode penyiksaan waterboarding.

Menariknya sahabat viralsbook, kursi ducking stool ini dirancang khusus untuk wanita saja, karena selain untuk menguji penyihir, metode ini juga digunakan untuk menghukum pelacur dan wanita yang tidak menghormati suaminya. Sebelum dibawa ke tempat penyiksaan, para wanita yang akan dihukum diarak sepanjang perjalanan ke tempat pencelupan, untuk memastikan penyiksaan maksimal bagi terdakwa.

6. Metode menimbang berat badan


Belanda memiliki rumah penimbangan yang sangat terkenal di Oudewater. Para terdakwa yang berasal dari Jerman dan Hongaria akan dikirim ke rumah penimbangan untuk membuktikan bahwa mereka bukan penyihir. Cara kerja metode ini yaitu, setiap manusia memiliki jiwa yang dipercaya memiliki berat yang ditanggung masing-masing pribadi, sedangkan penyihir tidak memiliki jiwa dan berat badannya akan jauh lebih ringan daripada wanita yang tidak terbukti penyihir.

Terdakwa akan berdiri di satu sisi alat penimbang, sedangkan sisi lainnya diisi dengan beban besi yang menjadi patokan wanita bukan penyihir berdasarkan ukuran badannya. Jika terbukti bukan penyihir, terdakwa akan diberikan sertikat yang menandakan bahwa mereka tidak bersalah. Metode serupa juga pernah dilakukan di Inggris, terdakwa ditelanjangi dan ditimbang dengan patokan berat badannya adalah tumpukan Alkitab yang terikat pada besi. Jika berat badan terdakwa tidak seimbang persis dengan tumpukan Alkitab, wanita itu akan dihukum mati karena terbukti sebagai penyihir.

Di beberapa tempat lainnya juga sering menggunakan tumpukan Alkitab sebagai patokan berat badan wanita yang bukan penyihir, bahkan jika terdakwa memiliki berat badan yang seimbang, para eksekutor secara keji sengaja menambah tumpukan Alkitab sehingga wanita tersebut terbukti seorang penyihir dan dihukum mati.


7. Metode malleus malecarum


Malleus Malecarum adalah dokumen abad pertengahan yang ditulis menggunakan bahasa Latin oleh dua biarawan Jerman, dalam bahasa Inggris artinya adalah The Hammer of Witches. Dokumen ini diterbitkan menjadi sebuah buku yang membahas tentang penyihir, ritual sihir dan metode untuk mengidentifikasi dan menghukum para penyihir. Selama ratusan tahun, buku ini adalah buku terlaris di Eropa, kedua setelah Alkitab.

Dalam buku ini menyatakan bahwa para penyihir tidak akan bisa meneteskan air mata ketika disuruh menangis di depan pengadilan, atau bahkan ketika disiksa. Hal ini menjadi dasar utama bagi para witch hunter agar berwaspada terhadap air mata palsu yang adalah ludah dari para penyihir untuk memalsukan air mata mereka.

Berdasarkan hal ini, banyak para wanita tua yang dieksekusi sebagai penyihir karena tidak bisa menangis, bahkan memiliki pandangan yang buruk juga dianggap sebagai penyihir. Padahal selama periode abad pertengahan, perawatan kesehatan dan kebersihan perorangan sangat kurang diperhatikan, terutama bagi orang tua, hal ini menyebabkan mereka menderita duktus lacrimal, sebuah infeksi di saluran mata yang membuat penderitanya tidak bisa meneteskan air mata.

***

Sahabat viralsbook, itulah beberapa metode yang digunakan untuk mengidentikasi seorang penyihir pada abad pertengahan. Kebanyakan dari metode yang disebutkan diatas terdengar aneh dan unik bukan, bahkan tidak masuk akal dan sangat kejam. (www.viralsbook.com)
Baca Juga