Minggu, 08 Maret 2020

Terlunta-lunta di Negeri Orang, 5 Kisah Penyesalan Mantan Anggota Kelompok ISIS

Propaganda ISIS berhasil membujuk ribuan orang dari seluruh penjuru dunia untuk meninggalkan kehidupan mereka dan bergabung dengan kelompok teroris ini di Suriah –termasuk di antaranya dari Indonesia. Tapi tak sedikit dari mereka yang mengungkapkan penyesalan karena tertipu oleh janji-janji hidup nyaman yang ditawarkan ISIS.


VIRALSBOOK.COM - Sejak memplokamirkan kekhalifahannya di tahun 2014, ISIS meluncurkan propaganda tentang kehidupan di bawah kekuasaan mereka. Di wilayah yang mereka klaim yang membentang dari Irak ke Suriah mereka menjanjikan perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan gratis serta pekerjaan untuk semua orang yang bergabung dalam perjuangan ISIS.

Setelah kelompok teroris ISIS ini kalah dan porak-poranda di Irak dan Suriah Maret 2019, tak sedikit yang menyesali perbuatannya bergabung dengan kelompok teror ini. Bahkan ada yang menyatakan ingin pulang ke negaranya jika dijinkan. Jangan-jangan penyesalan mantan anggota ISIS ini hanya karena faktor kekalahan bukan penyesalan karena telah menyadari kekeliruannya bergabung dengan ISIS.

Bagaimana jika ISIS menang? Apakah mereka menyesali perbuatannya? Atau jangan-jangan malah berbalik menyerang dan mengancam siapa saja yang memusuhi ISIS.

Repatriasi mantan anggota kelompok teroris ISIS telah menjadi polemik di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tak sedikit yang menceritakan penyesalannya agar pemerintah di negaranya tersentuh dan memproses pemulangan mereka. Namun, repatriasi ini terganjal berbagai masalah, mulai dari ketidakpercayaan negara dan paspor yang sudah musnah sehingga sulit membuktikan kewarganegaraan mereka. Akibatnya, mantan anggota ISIS ini terlunta-lunta nasibnya di negara asing.


Seperti apa penyesalan mereka? Menghimpun dari berbagai sumber, berikut kisah-kisah penyesalan mantan anggota ISIS versi viralsbook.


1. Hoda Muthana

Putri imigran Yaman di Amerika Serikat (AS) ini dibesarkan dalam keluarga konservatif yang tak membolehkannya berpesta, pacaran, atau punya ponsel. Begitu lulus SMA, barulah ayahnya menghadiahi ponsel. Dari gawai pintar itulah ia mengenal ISIS, bahkan terkagum-kagum pada konsep mereka. Seorang kenalan online-nya pun mengajaknya bergabung dengan ISIS.

Berhasil menyelundup ke Suriah, tiga kali Muthana dinikahi pejuang ISIS. Ia juga aktif menyebar propaganda terorisme lewat Twitter dengan menyerukan supaya warga AS diserang dan "darah mereka ditumpahkan". Setelah kehilangan 2 suaminya di medan perang, ia mulai rindu pada keluarganya. Terlebih lagi, ia harus hidup berpindah-pindah lantaran daerah kekuasaan ISIS terus-menerus digempur.

Saat ISIS sudah terpojok, Muthana melarikan diri dan menyerah pada tentara AS. Di kamp pengungsian al-Hawl ia menyesali segalanya dan ingin pulang ke AS bersama putranya. Namun, paspornya sudah dibakarnya sendiri saat masih bergabung dengan ISIS.

Terlebih lagi, pemerintahan Obama mencabut paspornya dan pemerintahan Donald Trump tak mengizinkan kepulangannya. Pasrah dengan keadaannya, Pengantin ISIS yang berusia 25 tahun ini siap menghadapi sistem peradilan AS jika diizinkan untuk pulang dari Suriah. Dia rela diadili dan diawasi setiap waktu oleh otoritas, asalkan bisa pulang ke AS.

2. Lucas Glass

Warga Jerman ini masuk Islam saat usianya 15 tahun karena terinspirasi ibunya yang mualaf sekitar 10 tahun sebelumnya. Namun, ia merasa Jerman kurang mengakomodasi kehidupan religius yang diinginkannya. Itu sebabnya Glass terperdaya propaganda ISIS yang menjanjikan negara Islam sesungguhnya untuk kaum Muslim.

Baca Juga

5 Fakta Kebrutalan Kelompok Pemberontak ISIS Kepada Setiap Tawanan Perangnya

    ISIS merupakan organisasi teror yang dikenal karena kerap menyiarkan tindak kekerasan yang mereka lakukan terhadap musuh-musuhnya. Di tahun 2004, awalnya ISIS hanyalah kelompok cabang dari Al...
Selengkapnya
Glass pun hijrah ke Suriah saat usianya masih 19 tahun. Tak ditempatkan di garis depan peperangan karena punya cedera, Glass ditugaskan di satuan kepolisian yang merazia rokok dan narkoba di mobil-mobil. Usai 2 tahun bergabung, barulah ia menyadari kebusukan ISIS.

Glass melihat video propaganda kelompok teroris itu yang membunuh, membakar, dan menenggelamkan orang. Merasa kelompok itu melenceng dari Islam, pemuda Jerman ini memutuskan hengkang. Namun, ia ditahan ISIS hingga akhirnya Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS menemukannya. Ia pun ditahan SDF di Suriah lantaran masih dianggap sebagai bagian dari ISIS.

"Saya ditipu. Kami semua ditipu. Semua warga asing dan ribuan Muslim yang bergabung dengan ISIS telah ditipu," sesalnya.

3. Muhammed Ali

Keturunan imigran Pakistan ini hidup dengan baik di Kanada hingga berkuliah di Ryerson University pada tahun 2008. Namun, jiwa pemberontak Ali mulai muncul di bangku kuliah dan kerap membolos. Ia pun terinspirasi pada sosok Andre Poulin, mualaf Toronto yang bergabung dengan ISIS. Ia pun tergiur masuk ISIS karena kelompok teroris itu mengklaim akan melawan rezim Assad.

Begitu hijrah ke Suriah pada 2014, Ali menjalani pelatihan dasar selama 21 hari, lalu ditempatkan di kementerian minyak dan gas. Di sela waktu luangnya, ia mengunggah video-video propaganda ISIS, termasuk rekaman eksekusi sadis dan saat ISIS bermain sepak bola memakai kepala yang terpenggal. Setelah itu, Ali ditugaskan sebagai penembak jitu.

Pada 2016, kepercayaannya pada ISIS mulai goyah lantaran organisasi itu tak lagi berfokus pada penumbangan rezim Assad. Ali pun menyadari para pejuang asing dimanfaatkan untuk umpan atau disiksa sampai tewas dengan dalih mereka adalah mata-mata. Ia pun kabur hingga ditangkap tentara Kurdi.

Jadi tahanan SDF, Ali pun berharap bisa pulang ke Kanada. Namun, paspornya sudah disita darinya dan kedaluwarsa sejak tahun 2014.

4. Shamima Begum

Wanita keturunan Bangladesh berkewarganegaraan Inggris ini hijrah ke Suriah pada tahun 2015. Saat itu usianya masih 15 tahun. Ia terperdaya video propaganda yang menjanjikan kehidupan yang baik di bawah kekuasaan ISIS. Di negara Timur Tengah itu, Begum bertugas sebagai polisi moral yang mengawasi penegakan aturan, seperti pakaian wanita. Ia bahkan boleh membawa senapan saat bertugas.

Begum pun menikah dengan militan ISIS dan punya 3 anak. Dua anak pertamanya meninggal dunia, sedangkan anak bungsunya lahir di kamp pengungsian dan hanya mampu bertahan sekitar 1 bulan akibat infeksi paru-paru.

Begum pun menjadi sorotan media internasional saat meminta maaf dan minta dipulangkan ke Inggris. Namun, pemerintah Inggris menerbitkan perintah pembatalan kewarganegaraan Inggrisnya pada Februari 2019. Mereka pun menegaskan Pengantin ISIS Shamima Begum 'Haram' injak tanah Inggris.

5. Nada Fedulla

Gadis Indonesia ini harus merelakan cita-citanya sebagai dokter saat sang ayah memboyongnya ke Suriah sejak 2015. Ayahnya juga membawa anggota keluarga mereka yang lain, termasuk neneknya. Meski berat menghentikan pendidikannya yang berarti dia harus melupakan keinginannya menjadi seorang dokter. Namun, ia tetap menurut ajakan ayahnya berangkat ke Suriah.

Sejak hijrah ke Suriah, ia harus hidup di tengah para militan ISIS. Nada pun mengaku pernah melihat pembantaian yang dilakukan di jalanan. Nada menceritakan kekejaman yang dia lihat selama di Suriah seperti saat dia pergi berbelanja dengan keluarganya. Dia melihat anggota ISIS yang sedang membantai dan memenggal kepala orang-orang.


Kini ayah Nada mendekam di penjara yang ada di Suriah atas kejahatan yang sudah dia lakukan bersama dengan anggota ISIS lainnya. Ayahnya begitu menyesal telah membawa keluarganya ke Suriah dan mengakui bahwa ini adalah kesalahan terbesarnya. Nada mengatakan bahwa dia sudah memaafkan perbuatan ayahnya. Dia menyadari bahwa sang ayah adalah manusia biasa yang bisa berbuat salah. Sang ayah pun telah meminta maaf pada anaknya dan berusaha memperbaiki kesalahannya.

Nada dan keluarganya kini harus ikut menanggung apa yang dilakukan oleh ayahnya. Mereka terjebak di Suriah dan harus bertahan di kamp pengungsian al-Hol, Suriah Utara. Tak ada satu pun orang yang mencoba untuk memulangkan mereka kembali ke tanah air. Barangkali hal ini disebabkan karena ayahnya yang memutuskan menjadi seorang teroris dan menjadi musuh dunia. Walaupun begitu, Nada tetap menunggu keputusan repatriasi dari pemerintah Indonesia. Terlunta-lunta di negara lain, ia pun berharap bisa pulang ke Indonesia dan mendapat maaf.

***

Sahabat viralsbook, Itulah 5 Kisah Penyesalan Mantan Anggota Kelompok ISIS. Kisah-kisah ini tentunya bisa dijadikan pelajaran agar kita tak tergiur dengan paham radikalisme yang membahayakan diri sendiri maupun negara. (www.viralsbook.com)


Foto dan materi disadur dari berbagai sumber:
tribunnews.com / international.kompas.com / acurat.co / diadona.id / sindonews.com / matamatapolitik.com
Baca Juga